Keseimbangan lintasan
perakitan berhubungan erat dengan produksi masal, yang mana sejumlah pekerjaan
perakitan dikelompokkan kedalam beberapa pusat-pusat kerja untuk selanjutnya
yang kita sebut dengan stasiun kerja. Semua stasiun
kerja sedapat mungkin harus memiliki waktu siklus yang sama. Bila suatu stasiun
kerja memiliki waktu dibawah waktu siklus idealnya maka akan memiliki waktu
menganggur.
Tujuan akhir dari keseimbangan lintasan adalah
meminimasi waktu menganggur disetiap stasiun kerja sehingga tercapai efisiensi
kerja yang tinggi dan menyeimbangkan lintasan. Pengelompokan tugas-tugas yang akan menghasilkan
keseimbangan lintasan produksi memberikan informasi tentang kinerja waktu dari
tugas-tugas tersebut, kebutuhan-kebutuhan pendahuluan yang menentukan
urutan-urutan fleksibel dan tingkatan output yang diingikan atau siklus waktu
per unit. Pada keseimbangan lintasan banyak permasalahan yang terjadi pada
proses perakitan dibandingkan dengan proses pabrikasi. Pabrikasi dari sub
komponen-komponen biasanya memerlukan mesin-mesin berat dengan siklus yang
panjang, suatu ketika beberapa operasi dengan peralatan yang berbeda dibutuhkan
secara seri maka terjadilah kesulitan dalam menyeimbangkan panjangnya
siklus-siklus mesin, yang mengakibatkan utilisasi kapasitas menjadi rendah.
Dengan pergerakan yang terus menerus kemungkinan besar dapat dicapai dengan operasi-operasi yang di bentuk
secara manual dengan membagi beberapa operasi menjadi tugas-tugas yang kecil
dengan durasi waktu yang pendek. Semakin besar fleksibilitas dengan
mengkombinasikan beberapa tugas dapat dicapai tingkat keseimbangan yang tinggi
sehingga akan membuat aliran yang mulus dengan utilisasi tenaga kerja dan
urutan yang efisien.
Metode-metode dalam
Keseimbangan Lintasan
Dalam menentukan keseimbangan lintasan, terdapat beberapa macam
metode yang digunakan yakni:
1.
Metode Pembobotan Posisi
(Metode Helgesson-Birnie)
Metode bobot posisi merupakan metode heuristik yang paling awal
dikembangkan oleh W.B. Helgeson dan D.P. Birnie. Langkah-langkah penyelesaian dengan menggunakan
metode bobot posisi adalah sebagai berikut :
a.
Hitung waktu siklus yang
diinginkan.Waktu siklus actual adalah waktu siklus yang diinginkan atau waktu
operasi terbesar jika waktu operasi terbesar
itu lebih besar dari waktu siklus yang diinginkan.
b.
Buat matrik pendahulu berdasar
jaringan kerja perakitan.
c.
Hitung bobot posisi tiap
operasi yang dihitung berdasarkan jumlah waktu operasi tersebut dan operasi
yang mengikutinya.
d.
Urutkan operasi-operasi mulai
dari bobot posisi terbesar sampai dengan bobot posisi terkecil.
e.
Lakukan pembebanan operasi pada
stasiun kerja mulai dari operasi pada stasiun kerja mulai dari operasi dengan
bobot posisi terbesar sampai dengan bobot posisi terkecil, dengan criteria
total waktu operasi terkecil dari waktu siklus.
f.
Hitung efisiensi rata-rata stasiun kerja yang
terbentuk.
g.
Gunakan prosedur trial and error untuk mencari
pembebanan yang akan menghasilkan efisiensi rata-rata lebih besar dari
efisiensi rata-rata pada langkah no. f diatas.
h.
Ulangi langkah no. f dan g
sampai tidak diketemukan lagi stasiun kerja yang memiliki rata-rata yang lebuh
tinggi.
2.
Metode Pembebanan Berurut
Kelemahan metode bobot
posisi sebagai mana telah disebutkan sebelumnya dicoba diatasi dengan
menggunakan metode pembebanan berurut. Langkah penugasan pekerjaan pada stasiun
kerja dengan menggunakan metode ini berbeda pada urutan prioritas pembebanan
pekerjaan. Langkah penyesuaian dengan menggunakan metode pembebanan berurut ini
adalah sebagai berikut:
a.
Hitung waktu siklus yang
diinginkan.Waktu siklus actual adalah waktu siklus yang diinginkan atau waktu
operasi terbesar jika waktu operasi terbesar
itu lebih besar dari waktyu siklus yang diinginkan.
b.
Buat matrik pendahulu (P) dan
operasi pengikut (F) untuk setiap operasi berdasarkan jaringan kerja perakitan.
c.
Perhatikan baris dimatrik
kegiatan pendahulu P yang semuanya terdiri dari angka 0, dan bebankan elemen
pekerjaan terbesar yang mungkin terjadi, jika ada lebih dari 1 baris yang
memiliki seluruh elemen yang sama dengan 0
d.
Perhatikan elemen dibaris
matrik kegiatan pengikut F yang bersesuaian dengan elemen yang telah
ditugaskan. Setelah itu kembali perhatikan baris pada matrik P yang
ditunjukkan, ganti nomor identifikasi elemen yang telah dibebankan kestasiun
kerja dengan 0
e.
Lanjutkan penugasan
elemen-elemen pekerjaan itu pada tiap stasiun kerja dengan ketentuan bahwa
waktu total operasi tidak melebihi waktu siklus. Proses ini dikerjakan hingga
semua baris pada matrik P bernilai 0.
f.
Hitung efisiensi rata-rata stasiun kerja yang
terbentuk.
g.
Gunakan prosedur trial and error untuk mencari
pembebanan yang akan menghasilkan efisiensi rata-rata lebih besar dari
efisiensi rata-rata pada langkah no. f diatas.
h.
Ulangi langkah no. f dan g
sampai tidak diketemukan lagi stasiun kerja yang memiliki rata-rata yang lebuh
tinggi.
3.
Metode Pendekatan Wilayah
Metode ini dikembangkan oleh Bedworth
untuk mengatasi kekurangan metode bobot posisi. Metode ini tetap tidak
akan menghasilkan solusi yang optimal, tetapi solusi yang dihasilkannya sudah
cukup baik dan mendekati optimal. Langkah penyelesaian dengan metode pendekatan
wilayah adalah sebagai berikut:
a.
Hitung waktu siklus yang
diinginkan.Waktu siklus actual adalah waktu siklus yang diinginkan atau waktu
operasi terbesar jika waktu operasi terbesar
itu lebih besar dari waktu siklus yang diinginkan.
b.
Bagi jaringan kerja kedalam
wilayah-wilayah dari kiri ke kanan. Gambar ulang jaringan kerja, tempatkan
seluruh pekerjaan didaerah paling ujung sedapat-dapatnya.
c.
Dalam tiap wilayah, urutkan
pekerjaan mulai dari waktu operasi terbesar sampai dengan operasi waktu
terkecil.
d.
Bebankan pekerjaan dengan
urutan sebagai berikut :
i.
Daerah paling kiri terlebih
dahulu.
ii.
Antar wilayah, bebankan
pekerjaan dengan waktu operasi terbesar pertama kali.
e.
Pada akhir tiap pembebanan
stasiun kerja, tentukan apakah utilitas waktu tersebut telah dapat diterima.
Jika tidak periksa seluruh pekerjaan
yang memenuhi hubungan keterkaitan dengan operasi yang telah dibebankan.
Putuskan apakah pertukaran pekerjaan tersebut akan meningkatkan utilitas waktu
stasiun kerja. Jika ya, lakukan
perubahan tersebut. Penugasan pekerjaan selanjutnya menjadi lebih tetap.
4.
Metode J-Wagon
Metode heuristik ini mengutamakan jumlah elemen kerja yang
terbanyak, dimana elemen kerja tersebut akan diprioritaskan terlebih dahulu
untuk ditempatkan dalam stasiun kerja dan diikuti oleh elemen kerja lain yang
memiliki jumlah elemen kerja yang lebih sedikit. Apabila terdapat dua elemen
kerja yang memiliki nilai bobot yang sama, maka prioritas akan diberikan kepada
elemen kerja yang memiliki waktu pengerjaan lebih besar. Sedangkan prosedur
selanjutnya, sama dengan metode Helgesson-Birnie (Ranked Positional
Weight), hanya saja dalam menentukan bobot yang dihitung adalah jumlah
operasi (bukan waktu operasi).
No comments:
Post a Comment