Wednesday 22 May 2013

Keseimbangan Lintasan (Line Balancing)


Keseimbangan lintasan perakitan berhubungan erat dengan produksi masal, yang mana sejumlah pekerjaan perakitan dikelompokkan kedalam beberapa pusat-pusat kerja untuk selanjutnya yang kita sebut dengan stasiun kerja. Semua stasiun kerja sedapat mungkin harus memiliki waktu siklus yang sama. Bila suatu stasiun kerja memiliki waktu dibawah waktu siklus idealnya maka akan memiliki waktu menganggur.
Tujuan akhir dari keseimbangan lintasan adalah meminimasi waktu menganggur disetiap stasiun kerja sehingga tercapai efisiensi kerja yang tinggi dan menyeimbangkan lintasan. Pengelompokan tugas-tugas yang akan menghasilkan keseimbangan lintasan produksi memberikan informasi tentang kinerja waktu dari tugas-tugas tersebut, kebutuhan-kebutuhan pendahuluan yang menentukan urutan-urutan fleksibel dan tingkatan output yang diingikan atau siklus waktu per unit. Pada keseimbangan lintasan banyak permasalahan yang terjadi pada proses perakitan dibandingkan dengan proses pabrikasi. Pabrikasi dari sub komponen-komponen biasanya memerlukan mesin-mesin berat dengan siklus yang panjang, suatu ketika beberapa operasi dengan peralatan yang berbeda dibutuhkan secara seri maka terjadilah kesulitan dalam menyeimbangkan panjangnya siklus-siklus mesin, yang mengakibatkan utilisasi kapasitas menjadi rendah. Dengan pergerakan yang terus menerus kemungkinan besar dapat  dicapai dengan operasi-operasi yang di bentuk secara manual dengan membagi beberapa operasi menjadi tugas-tugas yang kecil dengan durasi waktu yang pendek. Semakin besar fleksibilitas dengan mengkombinasikan beberapa tugas dapat dicapai tingkat keseimbangan yang tinggi sehingga akan membuat aliran yang mulus dengan utilisasi tenaga kerja dan urutan yang efisien.
Metode-metode dalam Keseimbangan Lintasan
Dalam menentukan keseimbangan lintasan, terdapat beberapa macam metode yang digunakan yakni:
1.    Metode Pembobotan Posisi (Metode Helgesson-Birnie)
Metode bobot posisi merupakan metode heuristik yang paling awal dikembangkan oleh W.B. Helgeson dan D.P. Birnie. Langkah-langkah penyelesaian dengan menggunakan metode bobot posisi adalah sebagai berikut :
a.    Hitung waktu siklus yang diinginkan.Waktu siklus actual adalah waktu siklus yang diinginkan atau waktu operasi terbesar jika waktu operasi terbesar  itu lebih besar dari waktu siklus yang diinginkan.
b.    Buat matrik pendahulu berdasar jaringan kerja perakitan.
c.    Hitung bobot posisi tiap operasi yang dihitung berdasarkan jumlah waktu operasi tersebut dan operasi yang mengikutinya.
d.   Urutkan operasi-operasi mulai dari bobot posisi terbesar sampai dengan bobot posisi terkecil.
e.    Lakukan pembebanan operasi pada stasiun kerja mulai dari operasi pada stasiun kerja mulai dari operasi dengan bobot posisi terbesar sampai dengan bobot posisi terkecil, dengan criteria total waktu operasi terkecil dari waktu siklus.
f.       Hitung efisiensi rata-rata stasiun kerja yang terbentuk.
g.    Gunakan prosedur trial and error untuk mencari pembebanan yang akan menghasilkan efisiensi rata-rata lebih besar dari efisiensi rata-rata pada langkah no. f diatas.
h.    Ulangi langkah no. f dan g sampai tidak diketemukan lagi stasiun kerja yang memiliki rata-rata yang lebuh tinggi.

2.    Metode Pembebanan Berurut
Kelemahan metode bobot posisi sebagai mana telah disebutkan sebelumnya dicoba diatasi dengan menggunakan metode pembebanan berurut. Langkah penugasan pekerjaan pada stasiun kerja dengan menggunakan metode ini berbeda pada urutan prioritas pembebanan pekerjaan. Langkah penyesuaian dengan menggunakan metode pembebanan berurut ini adalah sebagai berikut:
a.    Hitung waktu siklus yang diinginkan.Waktu siklus actual adalah waktu siklus yang diinginkan atau waktu operasi terbesar jika waktu operasi terbesar  itu lebih besar dari waktyu siklus yang diinginkan.
b.    Buat matrik pendahulu (P) dan operasi pengikut (F) untuk setiap operasi berdasarkan jaringan kerja perakitan.
c.    Perhatikan baris dimatrik kegiatan pendahulu P yang semuanya terdiri dari angka 0, dan bebankan elemen pekerjaan terbesar yang mungkin terjadi, jika ada lebih dari 1 baris yang memiliki seluruh elemen yang sama dengan 0
d.   Perhatikan elemen dibaris matrik kegiatan pengikut F yang bersesuaian dengan elemen yang telah ditugaskan. Setelah itu kembali perhatikan baris pada matrik P yang ditunjukkan, ganti nomor identifikasi elemen yang telah dibebankan kestasiun kerja dengan 0
e.    Lanjutkan penugasan elemen-elemen pekerjaan itu pada tiap stasiun kerja dengan ketentuan bahwa waktu total operasi tidak melebihi waktu siklus. Proses ini dikerjakan hingga semua baris pada matrik P bernilai 0.
f.       Hitung efisiensi rata-rata stasiun kerja yang terbentuk.
g.    Gunakan prosedur trial and error untuk mencari pembebanan yang akan menghasilkan efisiensi rata-rata lebih besar dari efisiensi rata-rata pada langkah no. f diatas.
h.    Ulangi langkah no. f dan g sampai tidak diketemukan lagi stasiun kerja yang memiliki rata-rata yang lebuh tinggi.

3.    Metode Pendekatan Wilayah
Metode ini dikembangkan oleh Bedworth untuk mengatasi kekurangan metode bobot posisi. Metode ini tetap tidak akan menghasilkan solusi yang optimal, tetapi solusi yang dihasilkannya sudah cukup baik dan mendekati optimal. Langkah penyelesaian dengan metode pendekatan wilayah adalah sebagai berikut:
a.    Hitung waktu siklus yang diinginkan.Waktu siklus actual adalah waktu siklus yang diinginkan atau waktu operasi terbesar jika waktu operasi terbesar  itu lebih besar dari waktu siklus yang diinginkan.
b.    Bagi jaringan kerja kedalam wilayah-wilayah dari kiri ke kanan. Gambar ulang jaringan kerja, tempatkan seluruh pekerjaan didaerah paling ujung sedapat-dapatnya.
c.    Dalam tiap wilayah, urutkan pekerjaan mulai dari waktu operasi terbesar sampai dengan operasi waktu terkecil.
d.   Bebankan pekerjaan dengan urutan sebagai berikut :
                                                          i.          Daerah paling kiri terlebih dahulu.
                                                        ii.          Antar wilayah, bebankan pekerjaan dengan waktu operasi terbesar pertama kali.
e.    Pada akhir tiap pembebanan stasiun kerja, tentukan apakah utilitas waktu tersebut telah dapat diterima. Jika tidak periksa seluruh pekerjaan yang memenuhi hubungan keterkaitan dengan operasi yang telah dibebankan. Putuskan apakah pertukaran pekerjaan tersebut akan meningkatkan utilitas waktu stasiun kerja. Jika ya, lakukan perubahan tersebut. Penugasan pekerjaan selanjutnya menjadi lebih tetap.

4.    Metode J-Wagon
Metode heuristik ini mengutamakan jumlah elemen kerja yang terbanyak, dimana elemen kerja tersebut akan diprioritaskan terlebih dahulu untuk ditempatkan dalam stasiun kerja dan diikuti oleh elemen kerja lain yang memiliki jumlah elemen kerja yang lebih sedikit. Apabila terdapat dua elemen kerja yang memiliki nilai bobot yang sama, maka prioritas akan diberikan kepada elemen kerja yang memiliki waktu pengerjaan lebih besar. Sedangkan prosedur selanjutnya, sama dengan metode Helgesson-Birnie (Ranked Positional Weight), hanya saja dalam menentukan bobot yang dihitung adalah jumlah operasi (bukan waktu operasi).

No comments:

Post a Comment